Casts : Find it by yourself
Happy Reading
***
Angin bertiup menerbangkan syal kelabunya. Rambutnya yang hitam dan lurus menari tak tentu di udara. Mata hijaunya menatap dingin Professor Snape yang telah menunggunya sejak sejam yang lalu di depan pintu gerbang raksasa Hogwarts. “Emily, professor Dumbledore menunggumu di kantornya” kata Professor Snape yang langsung menuntun gadis yang bernama Emily itu ke kantor Professor Dumbledore. Emily hanya terdiam sambil mengelusi kucing hitamnya dan mengikuti pelan. Professor Snape mengetuk pintu kayu tua yang merupakan ruang kantor Professor Dumbledore. Pintu tersebut pun terbuka dengan sendirinya. Terlihat seorang laki-laki tua berjenggot putih sedang meminum tehnya dan memakan beberapa biscuit. Ia menolah ke pintu saat akan meneguk tehnya untuk kedua kalinya.
“Ah! Emily Rovelda Grey! Selamat datang di Hogwarts. Kau mau? “ kata laki-laki tua yang merupakan Professor Dumbledore itu, menyodorkan beberapa biscuit pada Emily. Emily hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap mengelus kucing hitam yang ada di pelukannya. “Baiklah, karna aku akan menghabiskan semua biscuit ini dalam satu kali telan. Hahaha” Kata Dumbledore tertawa. Professor Snape dan Emily hanya terdiam tak mengerti. “Ehemmm, baiklah. Snape, tolong antarkan Emily ke kamar asramanya. Besok ia akan mulai mengikuti pelajaran bersama teman-temannya yang lain.” Kata Dumbledore mengalihkan perhatian. “Baiklah” kata Snape dingin. Snape langsung keluar dan menuntun Emily menuju asrama Slytherin. “Ini adalah kamarmu. Semoga kau suka” kata Snape dingin dan langsung meninggalkan Emily. Emily langsung menuju kamarnya dan berbaring dengan kucingnya. Entah apa yang membuatnya terjaga, Emily tak bisa memejamkan matanya. Ia mengeluarkan sebuah buku dari tas kecilnya. Buku itu tebal dan berdebu. Berwarna hitam dan berbentuk aneh. Emily berbaring sambil memeluk buku tersebut dan akhirnya tertidur.
“Ah! Emily Rovelda Grey! Selamat datang di Hogwarts. Kau mau? “ kata laki-laki tua yang merupakan Professor Dumbledore itu, menyodorkan beberapa biscuit pada Emily. Emily hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap mengelus kucing hitam yang ada di pelukannya. “Baiklah, karna aku akan menghabiskan semua biscuit ini dalam satu kali telan. Hahaha” Kata Dumbledore tertawa. Professor Snape dan Emily hanya terdiam tak mengerti. “Ehemmm, baiklah. Snape, tolong antarkan Emily ke kamar asramanya. Besok ia akan mulai mengikuti pelajaran bersama teman-temannya yang lain.” Kata Dumbledore mengalihkan perhatian. “Baiklah” kata Snape dingin. Snape langsung keluar dan menuntun Emily menuju asrama Slytherin. “Ini adalah kamarmu. Semoga kau suka” kata Snape dingin dan langsung meninggalkan Emily. Emily langsung menuju kamarnya dan berbaring dengan kucingnya. Entah apa yang membuatnya terjaga, Emily tak bisa memejamkan matanya. Ia mengeluarkan sebuah buku dari tas kecilnya. Buku itu tebal dan berdebu. Berwarna hitam dan berbentuk aneh. Emily berbaring sambil memeluk buku tersebut dan akhirnya tertidur.
“Baiklah anak2, saatnya pelajaran transfigurasi. Siapkan buku kalian!” kata Professor McGonagall yang sudah siap berdiri di depan kelas. “Ow! Dan untuk Emily, selamat datang di Hogwarts” Kata Professor McGonagall tersenyum. Emily membalasnya dengan tatapan kosong. Pelajaran pun berlangsung seperti seharusnya.
Makan malam pun tiba. Seperti biasa, Grabbe dan Goyle langsung mengambil banyak makanan. Emily, hanya terdiam sambil menatapi seorang laki-laki berkaca mata dengan sebuah tanda di dahinya. Ia terlihat penasaran dengan laki-laki tersebut. “Kau menyukainya? Cih, banyak gadis yang menyukainya. Aku tidak mengerti apa yang disukai gadis-gadis darinya. Apa spesialnya dia?” kata Draco yang entah sejak kapan berada di samping Emily. Emily hanya kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba. “Kau mengenalnya?” Tanya Emily pelan. “Bisa dibilang begitu. Tapi aku memiliki hubungan yang buruk dengannya. Dia Harry Potter. Anak yang selamat dari kutukan avada kadavra Voldemort. Huh! Apa spesialnya dengan hal itu? “ jawab Draco menggerutu. Emily masih terdiam menatapi Harry aneh.
“Eum, hey, Hermoine, apakah kau tau murid baru itu?” Kata Harry sedikit gugup. “Ya. Tentu. Emily Grey. Dia sedikit… kau tau… aneh. Ada apa?” kata Hermoine sedikit berbisik. “Entahlah, aku merasa dia menatapku” kata Harry menghindar dari tatapan Emily. “Kurasa dia menyukaimu. Yup. Selalu begitu.” Kata Ron sambil melahap ayam panggang yang ada di tangannya. “Tidak Ron. Dari caranya menatapku, aku rasa ada sesuatu tentangku yang membuatnya penasaran” Kata Harry agak menunduk. “Mengapa selalu saja ada hal aneh yang mengincarmu Harry?” kata Hermoine heran. “Akupun tak mengerti” kata Harry sambil meneguk jus labunya.
Harry, aku ada di tempat yang tak terduga, di waktu yang tak terduga, untuk melakukan hal yang tak terduga. Aku ada dimanapun dan kapanpun kau berada. Ini takdir. Dan sebuah takdir tidak akan bisa berubah. Begitu pula takdir gadis ini…
“Hahhh!!!” teriak Harry yang terbangun dari mimpi buruknya. “Ada apa? Kau memimpikan itu lagi?”
“Yeah. Selalu hal yang sama. Kau tau siapa. Dia mengucapkan itu lagi. Dan selalu berakhir saat dia menyentuh pundak gadis misterius itu sebelum aku malihat wajahnya” Kata Harry gugup. “Apakah ini suatu pertanda?” Tanya Ron. “ Mungkin. Yeah, mungkin.” Kata Harry menenangkan diri. “Sudahlah. Tidak usah dipikirkan. Ayo kita tidur.” Kata Ron sambil menguap. Harry mencoba untuk memejamkan matanya dan akhirnya tertidur.
“Harry! Kau dengar beritanya? Emily Grey, murid baru itu menghilang!” kata Hermoine saat bertemu Harry dan Ron di lorong. “Menghilang?” kata Harry sedikit kaget. “Ya. Tapi anehnya, semua barang2 termasuk kucingnya masih ada di kamarnya” kata Hermoine. Harry terdiam sambil menatap ke arah tembok pembatas hutan terlarang. Ia melihat Emily yang menatapnya kosong. Emily hanya tediam sambil berjalan menyusuri hutan terlarang. “Itu dia! Disana!” Teriak Harry sambil menunjuk kearah hutan terlarang. “Apa yang dia lakukan disana? Tak seharusnya dia masuk ke hutan terlarang” kata Hermoine heran. “Oh tidak. Jangan bilang kalian akan masuk kesana untuk mengikutinya. Haha! Aku tidak akan ikut. Kau tau sendiri aku paling benci melihat akromantula, mahluk raksasa menjijikkan itu. Apa kalian tak takut dimakan? Hiyyy…” kata Ron merinding. “Tentu kita akan kesana. Harus. Walaupun dia bukan anak asrama Gryffindor, dia tetap teman kita.” kata Harry pada Ron. “Itu terserah kalian. Aku tidak mau berurusan dengan mahluk-mahluk aneh lagi” kata Ron berjalan mundur. “Oh Ron, sampai kapan kau akan bisa mengatasi ketakutanmu terhadap laba-laba? Mereka hanyalah binatang. Tidak punya akal. Seberapapun besar mereka, kita akan selalu bisa mengakalinya” kata Hermoine menarik Ron kembali ke depan. “Tapi mereka bukan laba-laba biasa. Mereka bisa berbicara! Ingat? Ya Tuhan. Mereka sangat mengerikan” kata Ron menunjukkan wajah takutnya.“Tapi…” “Sudahlah Hermoine. Kita tidak bisa memaksanya. Kita pergi berdua saja” potong Harry sebelum Hermoine melanjutkan kata-katanya. “Itu lebih baik. Tapi kalian bisa memanggilku jika kalian memerlukan bantuan. Aku akan menunggu di kamar. “ kata Ron lega. “Tidak perlu. Itu akan lebih menyusahkan kami” kata Hermoine tertawa. Harry hanya ikut tertawa. “Oh! Baiklah! Jangan harap aku akan datang saat kalian membutuhkan bantuanku!” teriak Ron. Harry dan Hermione hanya tersenyum sambil berjalan menuju hutan terlarang.
“Dimana dia? Aku rasa tadi aku melihatnya masih disini” kata Harry mencari-cari Emily. “Mungkin dia sudah berjalan lebih jauh. Ayo” kata Hermoine sambil berjalan lebih dalam. Harry hanya mengikuti.
“Ah! Itu dia! Kau lihat?” kata Hermoine menunjuk Emily yang terduduk di bawah sebuah pohon besar yang tampak berbeda dari pohon-pohon lainnya. “Benar! Emily!” teriak Harry. Sedikitpun ia tidak bergerak atau menoleh. “Ada apa dengannya? Apa yang dia lakukan di sana?” tanya Hermoine heran. “Tunggu dulu, aku rasa aku pernah melihat ini sebelumnya. Mimpi! Benar! Mimpi berulang itu!” kata Harry mengingat mimpinya. “Mimpi yang sering kau ceritakan itu?” tanya Hermoine. “Ya. Gadis itu, ternyata adalah Emily” Kata Harry.
“Akhirnya kau menyadarinya Harry” kata sebuah suara lirih yang datang dari arah belakang Harry dan Hemoine. Mereka menoleh ke belakang dan terkejut melihat seseorang yang ada di belakang mereka. Wajahnya yang aneh, tidak memiliki rambut dan kuku panjangnya yang menyeramkan menyentuh pundak Harry. “Voldemort” Kata Harry kaget. “Akhirnya kita bertemu kembali. Hahaha!” kata Voldemort tertawa mengerikan. “Apa yang kau lakukan padanya???” teriak Harry sambil menunjuk Emily. “Gadis itu? Ahaha. Dia hanyalah gadis biasa yang akan dikorbankan dalam upacara ini. “A… apa? Korban? Apa maksudmu? Upacara?” kata Harry kaget. “Sebentar lagi kau akan tau. Ikat mereka!”suruh Voldemort pada beberapa kawanan Akromantula. “Apa? Tidak! Ron! Kumohon! Tolong kami! Ron!!!” teriak Hermoine yang diikat oleh Akromantula.
“Perasaanku saja atau aku mendengar suara Hermoine minta tolong dari deluminator ini? “ kata Ron sambil mendekatkan telinganya pada deluminator miliknya. “Tidak. Aku tidak salah dengar. Ini benar-benar suara Hermoine!” kata Ron yakin. Ia langsung pergi keluar kamar dan menuju hutan terlarang.
“Apa tujuan semua ini??” teriak Harry sambil mencoba melepaskan diri dari jaring-jaring akromantula. “Untuk menambah kekuatanku. Untuk itu aku membutuhkan seseorang yang harus dijadikan pengorbanan” jawab Voldemort. “Tapi mengapa Emily?” Tanya Harry lagi. “Karna dia yang paling mudah untuk diambil jiwanya.” kata Voldemort sambil mengelus rambut Emily. “Tapi selain pengorbanan, aku juga membutuhkan darah dari musuhku. Yaitu kau! Hahaha!” kata Voldemort tertawa sambil merobek tangan Harry dengan pedang kecilya. “AAAAHHH!!!” teriak Harry kesakitan. Voldemort memasukkan darah tersebut ke dalam sebuah kuali yang sangat besar. “Waktunya sudah tiba! Ayo! Cepat baca mantranya!” teriak Voldemort pada Emily. Emily mulai membaca mantra dari buku tua yang selalu ia bawa.
Hashagavaderafagakpohanamasadarugavanahacabardhasagama…
“Tidak! Ahhh! Emily! Sadarlah!” teriak Harry yang masih kesakitan. “Inilah saatnya! Ayo masuk! Cepat! Masuk!” teriak Voldemort pada Emily. Emily melangkahkan kakinya mendekati kuali besar tersebut…
“Tidak semudah itu!” Kata Ron yang datang tiba-tiba. “Ron! Kau datang!” kata Hermoine kaget sekaligus senang. “Tentu saja aku datang. Memang kau pikir aku akan diam begitu saja membiarkan sahabat-sahabatku dimakan oleh mahluk menjijikkan itu?” kata Ron bangga “Terimakasih” kata Harry tersenyum. Hermoine ikut tersenyum. “Apa yang kalian tunggu? Serang dia!”teriak Voldemort pada kawanan akromantula. Akromantula-akromantula tersebut langsung menyerang Ron “Reducto!” teriak Ron memberanikan diri. Akromantula-akromantula itupun hancur berkeping-keping. “Aku berhasil! Hahah! Aku berhasil!” Kata Ron sambil tertawa bahagia. Hermoine dan harry ikut tertawa bahagia melihatnya. “Baiklah Ron. Kumohon lepaskan kami” kata Hermoine. “Ah! Benar!” kata Ron sambil melepaskan Hermoine dan Harry dari jaring-jaring Akromantula. Hermoine langsung berlari dan menarik Emily ke belakang. “Tidak! Avada Kadavra!” teriak Voldemort mengacungkan tongkatnya ke arah Harry. “Expeliarmus!” teriak Harry. Merekapun saling menahan tongkat mereka masing-masing dengan kuat. Harry merasa sangat lemah. Hal yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah mengingat kenangan-kenangan indahnya bersama sahabat-sahabat dan ayah ibunya. Kenangan-kenangan itu membuatnya merasa semakin kuat. Harry mengacungkan tongkatnya lebih kuat dan lebih dalam lagi, hingga akhirnya Voldemort terhempas ke tanah dan kesakitan.
“Aaaahhh!!! Aku akan membalasnya Harry! Aku akan selalu ada dimanapun dan kapanpun kau berada! Itu takdir! Ingat itu!” kata Voldemort kesakitan. Ia menutupi wajahnya dengan jubah hitamnya dan menghilang. “Huh” kata Harry lelah sekaligus lega. Ia menghempaskan dirinya ke tanah. “Harry!” kata Hermoine dan Ron berlari mendekati Harry. “Kata-kata terakhirnya… hhh… sama… seperti di mimpi…” Kata Harry ter-engah-engah. “Katanya takdir tak bisa diubah” kata Hermoine memegang pundak Harry. “Aku tidak percaya. Takdir bisa diubah sesuai keinginan kita sendiri, jika kita mau berusaha merubahnya” kata Harry tersenyum. Ron dan Hermoine hanya ikut tersenyum. “Baiklah, ayo kita bawa Emily ke ruang pengobatan” kata Hermoine. Hermoine langsung memapah Emily jalan menuju Hogwarts. Begitu pula Ron yang memapah Harry yang masih kesakitan.
Beberapa hari berlalu. Emilypun sembuh dan sudah dapat melakukan kegiatan rutinnya. Ia pun bertemu Harry saat makan malam. “Eum, hey. Terima kasih atas kejadian waktu itu” kata Emily samar-samar. “Yeah, tentu.” Kata Harry tersenyum. Untuk pertama kalinya, Emily membalas senyumannya dan pergi. “Hei! Dia tersenyum!” kata Ron menghampiri Harry. “Sesuatu yang langka huh?” kata Hermoine menepuk pundak Harry tidak percaya. “Yeah” kata Harry yang masih sedikit kaget. “Hey! Bagaimana kalau kita ke hutan terlarang lagi? Akromantula? Huh! Apa itu? Haha!” kata Ron bangga. “Sombong sekali kau” Kata Hermoine mendorong Ron. Harry hanya tertawa. “Sudahlah, ayo kita menonton pertandingan quidditch antara Slytherin dan Gryffindor, kita tidak boleh melewatkannya” ajak Harry. “Tentu saja. Ayo!” kata Hermoine menarik tangan Harry. “Hey! Tunggu!” kata Ron berlari mengejar mereka. Hari-haripun berjalan normal seperti biasanya.
END
No comments:
Post a Comment